Rabu, 26 Agustus 2009

Tiga Perkara Yang Harus Dijauhi Untuk Hidup Bahagia

Rasulullah saw bersabda untuk hidup bahagia dunia dan akhirat harus menjauhi tiga perkara yaitu : 1. Sifat sombong, 2. Fanatisme yang berlebihan pada golongan dan 3. Memiliki hutang yang belum dibayar.

مَنْ مَاتَ وَهُوَ بَرِيْءٌ مِنْ ثَلاَثٍ : أَلْكِبْرُ وَالْغُلُوْلُ وَالدَّيْنُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang mati dan ia terbebas dari tiga hal, yakni sombong, fanatisme dan utang maka ia akan masuk surga (HR. Tirmidzi)

1. Sifat Sombong: Sifat yang dimiliki manusia dengan menganggap dirinya lebih baik dan meremehkan orang lain, karenanya orang yang takabbur itu seringkali menolak kebenaran, apalagi bila kebenaran itu datang dari orang yang kedudukannya lebih rendah dari dirinya.

Rasulullah Saw bersabda:
اَلْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ Takabbur itu adalah menolak kebenaran dan dan menghina orang lain (HR.Muslim).

Ciri-ciri sifat sombong ini antara lain :
Pertama, Tidak suka menerima saran dan kritik orang lain, karena merasa sempurna, merasa lebih hebat, tidak punya kekurangan. Apalagi bila kesombongan itu tumbuh karena usianya yang sudah tua dengan segudang pengalaman, ia akan menyombongkan diri kepada orang yang muda, atau sombong karena ilmunya banyak dengan gelar kesarjanaan.

Kedua, Tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai orang lain, karena merasa tersaingi oleh orang lain, karenanya orang seperti ini biasanya punya sifat iri hati (hasad) terhadap keberhasilan, kemajuan dan kesenangan yang dicapai orang lain. Punya sifat SMS kata AA Gym, Susah Melihat orang Senang, Senang Melihat orang Susah.

Ketiga, Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya sebagai sesuatu yang benar. Ada perasaan gengsi mengakui keunggulan orang lain.

Allah SWT membenci orang yang punya sifat sombong(QS 16:23), karena sombong adalah sifat Iblis Laknatullah yang menyebabkannya terusir dari syurga. Orang yang mempunyai sifat sombong tidak akan masuk syurga.

Rasulullah Saw bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبرٍْ

Tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan (HR. Muslim).

2. Fanatisme yang berlebihan (Ta'asshub)
kepada perorangan atau kelompok tertentu. Seseorang yang memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap golongan tertentu biasanya segala pertimbangan dan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan golongannya, bukan berdasarkan nilai-nilai kebenaran. Yang benar hanya dirinya, golongannya dan keyakinannya saja. Diluar golongannya dianggap salah dan sesat.
Hal ini tidak bisa dibenarkan, inilah yang disebut dengan Ashabiyah yang sangat dilarang di dalam Islam, apalagi bila seseorang sampai mengajak orang lain untuk bersikap demikian, lebih-lebih bila seseorang siap mati untuk semua itu.

Rasulullah Saw tidak mau mengakui orang yang demikian itu sebagai umatnya, hal ini terdapat dalam hadits Nabi Saw:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا اِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ
Bukan golongan kami orang yang menyeru kepada ashabiyah, bukan golongan kami orang yang berperang atas ashabiyah dan bukan golongan kami orang yang mati atas ashabiyah (HR. Abu Daud)

3. Memiliki Utang yang belum dibayar. Memiliki hutang adalah hal yang lumrah, karena dalam hubungan muamalah tidak semua transaksi yang kita lakukan dalam bentuk tunai atau jual beli. Terkadang karena kondisi tertentu menyebabkan kita memiliki hutang. Namun kita harus berhati-hati terhadap masalah ini. banyak yang kehilangan harga diri karena perkara hutang. Milikilah sifat yang selalu menerima pemberian dari Allah Swt (Qona'ah), jangan sampai kita memiliki hutang karena selalu tidak puas terhadap rizki yang kita dapatkan.

Rasulullah Saw bersabda:
ِايَّاكُمْ وَالدَّيْنِ فَاِنَّهُ هَمٌّ بِاللَّيْلِ وَمَذَلَّةٌ بِالنَّهَاِر
Berhati-hatilah dalam berutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari (HR.Baihaki)

Bagi seorang muslim, utang merupakan sesuatu yang harus segera dibayar, ia tidak boleh menyepelekannya meskipun nilainya kecil. Bila seorang muslim memiliki perhatian yang besar dalam urusan membayar utang, maka ia bisa menjadi manusia yang terbaik.
Rasulullah Saw bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ خَيْرُهُمْ قَضَاءً
Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam membayar utang (HR. Ibnu Majah).

Wallahu A'lam Bisshawab.

"Disarikan ulang dari Pengajian Pesantren Online Ustadz Agus Handoko"
[ www.PesantrenVirtual.com ]

Tidak ada komentar: