Senin, 28 September 2009

Hikmah Rasa Sakit itu...

Siang ini ada yang berbeda dibanding acara halal bihalal tahun-tahun sebelumnya. Setelah acara ramah tamah dan meeting konsolidasi di hari kerja pertama setelah libur Lebaran 1430 H Pak Direktur mengajak seluruh pegawai mengunjungi seorang pimpinan kami yang saat ini masih diberikan cobaan sakit stroke yang mengakibatkan kelumpuhan fisik yang cukup fatal, sehingga beliau tidak dapat lagi beraktivitas seperti dulu.

Terenyuh hati ini melihat sosok Sang Ibu yang dulunya amat perkasa, yang bersuara lantang dan tegas saat memberikan arahan dan persetujuan untuk kebijakan-kebijakan perbankan yang sangat strategis, sekarang hanya bisa terduduk lemah di kursi roda. Matanya tidak lagi fokus menatap ke arah kami, kakinya terus bergerak tanpa bisa dikontrol sang empunya, tubuh lumpuh sebelah. Namun dari bahasa tubuh dan ucapannya dapat kulihat Sang Ibu masih mempunyai semangat yang kuat untuk sembuh dan bangkit kembali... “Mohon doanya ya...” Pintanya...

Kamipun menyampaikan doa-doa untuk kesembuhan beliau..


Artinya: "Wahai Tuhanku, Tuhan segala manusia yang menghilangkan penyakit, sembuhkanlah, Engkau pe-nyembuh. Tak ada yang menyembuhkan selain dari Engkau, sembuh yang tidak meninggalkan sakit lagi. "

Artinya: "Hilangkanlah penyakit wahai Tuhan segala manusia. Di tangan-Mu kesembuhan. Tak ada yang menghilangkan penyakit, selain dari pada-Mu sendiri."

Melihat kondisi Sang Ibu...
Ku bersyukur untuk nikmat sehat ini Ya Allah...
Begitu banyak nikmat yang sering lalai ku syukuri Ya Allah...
Hikmah yang kudapat setelah mengunjungi orang yang sakit...
Semakin ku menyadari betapa beruntungnya orang yang sehat, dapat tertawa bahagia, tidak merasakan kesakitan di tubuh yang menyebabkan semua panca indra tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Aktivitas menjadi terganggu karena sakit, waktu dan hartapun habis untuk membeli obat dan biaya perawatan rumah sakit yang harganya semakin melambung. Kalaupun biaya obat dan rumah sakit sudah di-cover perusahaan... ku tak ingin mengganti nikmatnya sehat dengan merasakan kesakitan.

Hmmm... Jadi ingat lagu Raihan... Demi Masa...
Ingatlah 5 Perkara :
Sehat sebelum Sakit
Muda Sebelum Tua
Kaya sebelum Miskin
Lapang sebelum Sempit
Hidup sebelum Mati


Buat yang sedang sakit... Ini termasuk ujian keimanan...
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
Tafsir Ibnu Katsir tentang ayat ini: “Kami menguji kalian, terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Maka Kami akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur (terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala), siapa yang sabar dan siapa yang putus asa (dari rahmat-Nya). Sabar dan ikhlas adalah tanda keimanan, dan putus asa adalah tanda kekufuran.

Bagi yang sedang sakit dan mau bersabar akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, "Tiadalah tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang Muslim, kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu kesalahan." (HR.Muslim dari Aisyah ra).

Buat yang sedang sakit, apabila sabar dalam menghadapi sakit tersebut Insya Allah akan menggugurkan dosa-dosa kecil sebagaimana diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Muttafaqun alaih). Bagi yang sabar menghadapi penyakitnya, Insya Allah akan selamat dari siksa neraka. "Aisyah Ummul Mukminin menerangkan sabda Rasulullah Saw bahwasannya sakit karena demam itu akan menghindarkan orang Mukmin dari siksa api neraka."

Sakit adalah dari Allah. Tidaklah Allah menciptakan sesuatu secara sia-sia. Pasti ada hikmah dari sakit dan cobaan yang diberikan Allah. Salah satu hikmahnya, disaat sakit kita menjadi dekat dengan Allah. Selalu ingat pada Allah. Dalam kondisi sakit akan membuat orang merasa benar-benar lemah, tidak berdaya, membuat kita hanya akhirnya pasrah, memohon perlindungan dan ampunan dan bertaubat kepada Allah Swt sepenuh hati dan jiwa, sampai-sampai meneteskan air mata di kla berdoa. Hal yang jarang dilakukan disaat senang dan sehat.

Hikmah sakit lainnya adalah pembersihan hati dari penyakit. MenurutIbnu Qayyim, "Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan dengan sakit dan pedih, maka ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi kasar dan jiwanya beku. Karenanya, musibah dalam bentuk apapun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya. Akan membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci karena penyakitnya, maka martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan. Pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha."

(Dari berbagai sumber)

Senin, 14 September 2009

Seandainya Saja...

Plato :
"Kemenangan yang paling utama dan paling hebat adalah menaklukkan diri sendiri"

Orang-orang yang tidak sukses mempunyai satu kesamaan. Mereka tahu semua alasan untuk gagal, dan memiliki dalih paling top untuk menjelaskan mengapa mereka tak kunjung berprestasi.
Mencari dalih untuk menutup-nutupi kesalahan adalah "hobi" banyak orang. Menciptakan dalih adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging. Suka Ngeles Gitu loh... :(

Berikut Lima Puluh Dalih Paling Populer Di Balik Kata Seandainya
Dikutip dari buku The New Think and Grow Rich karya Napoleon Hill)


1.Seandainya saja aku mendapat cukup "dorongan"
2.Seandainya saja aku punya uang...
3.Seandainya saja pendidikanku memadai
4.Seandainya saja aku mendapat pekerjaan...
5.Seandainya saja tubuhku sehat...
6.Seandainya saja aku punya waktu...
7.Seandainya saja momennya lebih baik
8.Seandainya saja orang lain memahamiku...
9.Seandainya saja situasinya berbeda...
10.Seandainya saja aku bisa dilahirkan kembali...
11.Seandainya saja aku tak takut dengan apa yang akan “mereka’ katakan...
12.Seandainya saja aku dulu mendapat kesempatan...
13.Seandainya saja aku punya kesempatan sekarang...
14.Seandainya saja orang lain tidak berfikiran buruk tentangku...
15.Seandainya saja tak ada yang mencegahku...
16.Seandainya saja aku masih muda...
17.Seandainya saja aku bisa melakukan yang kuinginkan...
18.Seandainya saja orantuaku kaya...
19.Seandainya saja aku bertemu dengan “orang-orang yang tepat”
20.Seandainya saja aku memiliki bakat seperti orang lain...
21.Seandainya saja aku berani unjuk gigi...
22.Seandainya saja dulu aku tidak menyia-nyiakan kesempatan...
23.Seandainya saja orang tidak membuatku marah...
24.Seandainya saja aku bisa menabung...
25.Seandainya saja atasanku menghargaiku...
26.Seandainya saja ada seseorang yang membantuku...
27.Seandainya saja keluargaku memahami diriku...
28.Seandainya saja aku tinggal di kota besar...
29.Seandainya saja aku bisa segera memulai...
30.Seandainya saja aku bebas...
31.Seandainya saja aku memiliki kepribadian seperti yang dimiliki orang lain...
32.Seandainya saja aku tidak gemuk...
33.Seandainya saja aku tahu bakatku yang sejati....
34.Seandainya saja aku bisa mendapat cuti...
35.Seandainya saja aku bisa terbebas dari hutang...
36.Seandainya saja aku tidak gagal...
37.Seandainya saja aku tahu bagaimana untuk...
38.Seandainya saja aku tidak memiliki banyak kekhawatiran...
39.Seandainya saja orang-orang tidak begitu goblok...
40.Seandainya saja keluargaku tidak terlalu berlebih-lebihan...
41.Seandainya saja aku yakin dengan diriku sendiri...
42.Seandainya saja dewi fortuna berpihak kepadaku...
43.Seandainya saja “sesuatu yang akan terjadi pasti terjadi” itu tidak berlaku...
44.Seandainya saja aku tidak harus bekerja begitu keras...
45.Seandainya saja aku tidak kehilangan uang...
46.Seandainya saja aku tinggal di lingkungan yang berbeda
47.Seandainya saja aku tidak punya masa lalu...
48.Seandainya saja aku punya bisnis sendiri...
49.Seandainya saja orang lain mau mendengarku
50.Seandainya saja aku punya keberanian memandang diriku apa adanya, aku pasti menemukan apa kesalahanku dan membenahinya. Dan aku tahu, pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan caraku mengerjakan sesuatu, kalau tidak, aku tentu sudah berhasil mencapai apa yang kuinginkan. Aku sadar bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres denganku, jika tidak aklu akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menganalisis kelemahanku dibandingkan untuk mencari dalih untuk menutupinya .... dan inilah yang terbesar diantara yang lain....

Apakah dalih-dalih diatas sering anda ucapkan?...
Berarti anda adalah “Si Tukang Ngeles”....dan belum sukses

Jakarta, 14 September 2009

The New Think and Grow Rich : Kekuatan Sebuah Keyakinan

Napoleon Hill :
“Seorang yang putus asa tidak pernah menang, dan seorang pemenang tidak pernah putus asa”


Ingatkah dulu ketika kecil, kalau ada yang bertanya “Apa cita-citamu kalau sudah besar” Sebagian besar pasti akan menjawab “jadi Dokter”, “Jadi Insinyur” “ Jadi Pilot”... Hmmm...kenyataannya setelah besar jadi apakah kita? Mungkin hanya sebagian kecil orang yang bisa mewujudkan cita-cita masa kecilnya.

Kenyataan dan lingkungan sekitar berpengaruh sehingga mengubah pekerjaan yang sekarang ditekuni melenceng dari apa yang sudah dicita-citakan... Bagaimana dengan anda?? Apakah cita-citamu saat ini sama dengan cita-citamu di masa kecil? Selamat...kalau memang anda adalah orang yang berhasil mewujudkan cita-cita tersebut dan menekuninya sepenuh jiwa. Sedikit sekali orang yang seberuntung anda.

Okay... sekarang saya ingin bertanya...pernah anda bercita-cita menjadi orang kaya?
Jiwa anak kecil yang polos, tidak pernah terfikirkan untuk bercita-cita semata-mata mempunyai kekayaan berlimpah ruah. Ketika lahir orangtua, kakek nenek, sanak saudara mendoakan semoga ketika besar menjadi anak yang sholeh/sholeh, berakhlak mulia dan menjadi orang yang berbakti kepada orangtua, bangsa dan agama.... Idealis sekali ya... Belum pernah saya mendengar ada orangtua yang mendoakan anaknya semoga menjadi orang kaya di masa depan... Kalaupun ada bentuk doanya adalah semoga anaknya menjadi orang yang mempunyai kekayaan hati dan batin, berbudi luhur.

Thus...pernahkan anda berdoa untuk menjadi orang kaya?? Hi...hi... rasanya malu ya, berdoa kepada Allah kok meminta kekayaan... Nah inilah barangkali penyebabnya kenapa kita nggak kaya-kaya... :P Padahal Allah itu kan Maha Kaya dan Maha Mengabulkan Doa...

Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. .... (QS. Al Mu’min:60)

Doa saja tentu saja nggak cukup... Usaha Kudu... Dengan keyakinan dalam hati bahwa Allah akan mengabulkan doa kita, ditambaha usaha yang sungguh-sungguh dan tidak berputus asa... Insya Allah bukan suatu hal yang mustahil untuk dapat mewujudkan impian atau cita-cita menjadi orang kaya. Masalahnya, seringkali doa itu tidak dikabulkan seketika...sim salabim terwujud saat tongkat sihir diayunkan.. Butuh kesabaran dan keyakinan untuk selalu berprasangka baik kepada Allah yang akan mengabulkan doa semua hambaNya...
Allah berfirman dalam hadits Qudsi, yang artinya : "Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku. Kalau ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan".

Keyakinan yang kuat ditambah usaha yang konsisten untuk mewujudkan cita-cita merupakan rahasia pertama kesuksesan orang-orang kaya dunia seperti Henry Ford (pendiriperusahaan mobil Ford) George Eastman (penemu dan pendiri Eastman Kodak Company), Theodore Roosevelt (Presiden Amerika Serikat ke-26 1901-1909), Wilbur Wright (pelopor industri pesawat terbang), Alexander Graham Bell (penemu telepon) dan banyak lagi nama-nama orang-orang terkenal Amerika yang prestasinya dan kekayaannya membuktikan bahwa mereka memahami dan menerapkan rahasia yang diformulasikan oleh Andrew Carnegie untuk meraih posisi-posisi yang tinggi dalam kehidupan inilah yang kemudian ditulis oleh Napoleon Hill dalam bukunya “The New Think and Grow Rich”

Gaya penulisan yang sangat menarik disajikan oleh Hill seperti : ...salah satu keanehan dalam rahasia (dalam buku) ini adalah bahwa orang-orang yang mendapatkan dan menggunakannya akan terseret dalam kesuksesan..
Keanehan lain adalah bahwa rahasia tersebut tidak dapat dihadiahkan dan tidak dapat dibeli dengan uang. Kecuali Anda dengan sengaja menyelidiki rahasia itu, Anda tidak bisa mendapatkannya dengan harga berapa pun...
Pada saat Anda membaca buku ini, entah di bagian mana, rahasia tersebut akan meloncat keluar dari halaman dan tegak di hadapan Anda, kalau anda telah siap untuknya. Ketika rahasia itu muncul, Anda akan mengenalinya....
membuat pembaca penasaran untuk meneruskan membaca buku ini sampai selesai.

Think and Grow Rich seringkali diebut sebagai Filosofi Pencapaian Pribadi yang pertama, demikian komentar editor buku ini. Filosofi adalah sebuah sistem mengenai prinsip-prinsip yang akan membimbing pemikiran dan tindakan anda, dan memberi anda kode etik dan standar nilai. Buku ini tidak hanya akanmengubah apa yang Anda fikirkan, tetapi juga mengubah cara berfikir Anda. Demikian komentar terhadap ide-ide dalam buku ini...(entah siapa yang berkomentar di box comment... mungkin ini salah satu strategi untuk menambah daya tarik buku ini)

Penasaran....?? ? Silahkan membaca bukunya sendiri dan temukan formula rahasia Carnegie untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan 

Wassalam

Jakarta, 14 September 2009

Kamis, 10 September 2009

Kucing-kucing Lucu..

Cerita ini aku tulis ulang dari obrolan hangat saat menghadiri undangan buka bersama kemarin dengan rekanan kerja di sebuah restoran ala Timur Tengah. Ternyata obrolan ini membuat suasana bukber menjadi cair dan berlangsung dengan ceria, karena cerita Bosku mengenai kucingnya yang sedang sakit. Bosku memang penggemar kucing, di rumahnya, beliau memelihara Kucing Himalaya. Di rumahnya beliau memelihara lebih dari 7 ekor kucing khususnya jenis Himalaya.

Ceritanya seekor kucing betina si Bos yang bernama Grey hamil dan melahirkan tujuh ekor anak kucing yang lucu. Setelah melahirkan ternyata si Grey jadi malas makan dan akhirnya sakit. Melihat kondisi Grey yang sangat lemes, akhirnya diputuskan si Grey dibawa ke dokter hewan langganan dan ditangani segera. Si Grey diinfus dan dirawat di kamar perawatan khusus...xixixi...semua terbahak-bahak mendengar cerita si Bos :)



Na..lho... kucing aja ada UGDnya lho... Saking menghayati cerita si Bos...pagi ini aku terbangun dari mimpi bercengkrama dengan 7 ekor anak kucing yang lucu...
Ooo..mimpi yang menyenangkan sekali.. "Mau dapet rezeki kali" kata suamiku... Hi...hi... iya kali ya...hari ini katanya THR mo dibagikan :P


Have a nice day...

Selasa, 08 September 2009

Menikmati Wudhu

Entah kenapa wudhu untuk shalat Ashar sore ini terasa nikmat sekali... Mungkin karena sang mentari bersinar garang dan kondisi cuaca yang cerah benderang membuatku ingin berlama-lama bercengkrama dengan air wudhu yang dingin mengalir dari kran .... hmmm segeerrr banget....he...he... batal gak ya puasaku... :P

Sembari menikmati wudhu...kuteringat lagu Bimbo... Daleeemmm...

Wudhu
Artis (Band): Bimbo / Ir. Hendarmin R.

Kubaca Ta’awudz dan
Basmalah lalu ku ucapkan
Kubasuh tanganku,
Kusucikan kedua tanganku

Kubasuh mulutku,
kusucikan lidah dan ucapanku
Kubasuh hidungku,
kusucikan penciumanku

Kubasuh mukaku,
kusucikan wajah dan penglihatanku
Kubasuh lenganku,
kesucikan perbuatanku

Kubasuh rambutku,
kusucikan pikiranku
Kubasuh telingaku,
kusucikan pendengaranku

Kubasuh kakiku,
kusucikan langkahku
Allahu ya Rabbi
ijinkan aku menghadapMu
Allahu ya Rabb
ijinkan aku menghadapMu

~{}~

Kubaca Ta’awudz dan
Basmalah lalu ku ucapkan
Kubasuh tanganku,
kusucikan kedua tanganku

Kubasuh mulutku,
kusucikan lidah dan ucapanku
Kubasuh hidungku,
kusucikan penciumanku

Kubasuh mukaku,
kusucikan wajah dan penglihatanku
Kubasuh lenganku,
kesucikan perbuatanku

Kubasuh rambutku,
kusucikan pikiranku
Kubasuh telingaku,
kusucikan pendengaranku

Kubasuh kakiku,
kusucikan langkahku
Allahu ya Rabbi
ijinkan aku menghadapMu
Allahu ya Rabbi
ijinkan aku menghadapMu

Senin, 07 September 2009

Cara Menghitung Bagi Hasil

Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Misalnya, jika customer service bank syariah menawarkan nisbah bagi hasil Tabungan iB sebesar 65:35. Itu artinya nasabah bank syariah akan memperoleh bagi hasil sebesar 65% dari return investasi yang dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana masyarakat di sektor riil. Sementara itu bank syariah akan mendapatkan porsi bagi hasil sebesar 35%. Bagaimana menghitung nisbah bagi hasil tersebut?

Untuk produk pendanaan/simpanan bank syariah, misalnya Tabungan iB dan Deposito iB, penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan iB dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil. Sementara itu untuk produk simpanan iB dengan skema titipan (wadiah), return yang diberikan berupa bonus.

Pertama-tama dihitung besarnya tingkat pendapatan investasi yang dapat dibagikan kepada nasabah. Ekspektasi pendapatan investasi ini dihitung oleh bank syariah dengan melihat performa kegiatan ekonomi di sektor-sektor yang menjadi tujuan investasi, misalnya di sektor properti, perdagangan, pertanian, telekomunikasi atau sektor transportasi. Setiap sektor ekonomi memiliki karakteristik dan performa yang berbeda-beda, sehingga akan memberikan return investasi yang berbeda-beda juga. Sebagaimana layaknya seorang investment manager, bank syariah akan menggunakan berbagai indikator ekonomi dan keuangan yang dapat mencerminkan kinerja dari sektoral tersebut untuk menghitung ekspektasi /proyeksi return investasi. Termasuk juga indikator historis (track record) dari aktivitas investasi bank syariah yang telah dilakukan, yang tercermin dari nilai rata-rata dari seluruh jenis pembiayaan iB yang selama ini telah diberikan ke sektor riil. Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh besarnya pendapatan investasi dalam bentuk equivalent rate- yang akan dibagikan kepada nasabah misalnya sebesar 11%.

Selanjutnya dihitung besarnya pendapatan investasi yang merupakan bagian untuk bank syariah sendiri, guna menutup biaya-biaya operasional sekaligus memberikan pendapatan yang wajar. Besarnya biaya operasional tergantung dari tingkat efisiensi bank masing-masing. Sementara itu, besarnya pendapatan yang wajar antara lain mengacu kepada indikator-indikator keuangan bank syariah yang bersangkutan seperti ROA (Return On Assets) dan indikator lain yang relevan. Dari perhitungan, diperoleh bahwa bank syariah memerlukan pendapatan investasi -yang juga dihitung dalam equivalent rate- misalnya sebesar 6 %.

Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah bagi hasil dapat dihitung. Porsi bagi hasil untuk nasabah
Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah bagi hasil dapat dihitung. Porsi bagi hasil untuk nasabah adalah sebesar: [11% dibagi (11%+6%)] = 0.65 atau sebesar 65%. Dan bagi hasil untuk bank syariah sebesar: [6% dibagi (11%+6%)] = 0.35 atau sebesar 35%. Maka nisbah bagi hasilnya kemudian dapat dituliskan sebagai 65:35.
Tentu saja dalam prakteknya nasabah iB tidak perlu terlalu pusing dengan perhitungan njlimet bagi hasil semacam ini. Masyarakat hanya tinggal menanyakan berapa rate indikatif dari Tabungan iB atau Deposito iB yang diminatinya. Rate indikatif ini adalah nilai equivalent rate dari pendapatan investasi yang akan dibagikan kepada nasabah, yang dinyatakan dalam persentase misalnya 11% atau 8% atau 12%. Jadi masyarakat dengan cepat dan mudah dapat menghitung berapa besar keuntungan yang akan diperolehnya dalam menabung sekaligus berinvestasi di bank syariah. Sangat mudah bukan?

Sumber :http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/D6B8DE61-4B67-4C34-BCB3-4959A394CE1C/17636/Menghitung_Bagi_Hasil_iB.pdf

Sabtu, 05 September 2009

What's Wrong With Me...???


Apa sih yang salah dengan bank syariah?

Dulu…sewaktu awal-awal para aktivis berjuang dan giat mensosialisasikan halal dan haramnya bunga bank, plus ayat-ayat Al Quran dan Hadist sebagai referensi dan akhirnya berhasil mendirikan sebuah bank syariah 17 tahun yang lalu…..para pionir dibilang… terlalu keras… “militan”..
Dulu…Ketika promosi/campaign bank-bank syariah banyak menggunakan istilah-istilah dari Bahasa Arab seperti mudharabah, murabahah, ijarah, kafalah, salam, qard, de el el katanya.. bikin bingung, susah dimengerti.
Seharusnya sosialisasinya menggunakan bahasa Indonesia saja, istilah-istilah yang lebih mudah sehingga lebih mudah dimengerti (padahal banyak istilah perbankan yang menggunakan bahasa Inggris seperti interest rate, collateral, leasing, fixed and cap,etc … tapi nggak ada yang protes tuh… :P).
Katanya bank syariah hanya buat orang Islam, terutama yang sudah tobat, buat orang yang mau naik haji atau buat bayar zakat…Katanya…Bank syariah ekslusif…Katanya…bla..bla..bla..
Belakangan…. para syariah banker aktif mengkampanyekan iB (dibaca ai-Bi) singkatan Islamic Banking sebagai logo industri bersama perbankan syariah Indonesia. Maksudnya supaya kelihatannya jaringan bank syariah itu ada dimana-mana, karena logo iB itu wajib digunakan oleh seluruh bank syariah, di pintu masuk, di spanduk-spanduk, banner, leaflet, flyer dan semua marketing tools (alat-alat promosi) bank syariah. Supaya masyarakat tahu bank syariah itu bukan hanya Bank Muamalat Indonesia (BMI) atau Bank Syariah Mandiri (BSM) saja yang menjadi ‘Top of Mind” ketika ada pertanyaan ’bank syariah apa saja yang kamu ketahui’. Tetapi ada Bank Mega Syariah, BRI syariah, CIMB Niaga Syariah, BPD KalBar Syariah, BPD Jatim Syariah, BPRS dan lain-lain. Paling tidak kalau masyarakat melihat logo iB tersebut di spanduk, pintu masuk, banner atau di meja customer service bank-bank konvensional terkemuka seperti BNI 46, BII Konvensional, masyarakat tahu disana mereka bisa bertrasansaksi secara syariah, atau mendapatkan pelayanan seperti menabung atau mempunyai deposito dengan skema syariah.

Istilah-istilah seperti Tabungan iB, Deposito iB, KPR-iB, KPM-iB, Gadai-iB dan lain-lain juga gencar diperkenalkan. Katanya sih biar lebih membumi karena selain sudah menggunakan Bahasa Indonesia, juga supaya masyarakat lebih cepat mengerti karena sosialisasinya menggunakan istilah-istilah perbankan yang sudah ngetrend atau sudah akrab di telinga masyarakat awam…

Lha ini…kok ya dibilang tidak syariah juga… :p

Sebagian berpendapat penggunaan istilah Bahasa Indonesia itu membuat maknanya menjadi jauh dari phylosopy dasar transaksi syariah asal, karena tidak semua istilah bahasa Arab bisa diIndonesiain (diterjemahkan-Red). Padahal ini hanya salah satu bagian dari strategi marketing /promosi bank syariah saja. Strategy ini digunakan untuk mengakomodir issue-issue negatif yang dianggap menghambat pertumbuhan/pengembangan perbankan syariah. Tujuannya, supaya pesan yang ingin disampaikan lebih cepat sampai ke masyarakat, supaya masyarakat peduli ‘aware’ terhadap kehadiran bank syariah.

Dan…pada saat masyarakat/nasabah bank ingin bertransaksi di bank syariah dan untuk masyarakat/nasabah yang ingin tahu lebih banyak mengenai skema transaksi di bank syariah, customer service, staf atau pejabat bank syariah yang incharge berkewajiban dan harus mampu menerangkan manfaat dan skema yang beragam yang merupakan kelebihan atau keunggulan bank syariah sebagai bank yang lebih dari sekedar bank “Beyond Banking”.

Belum lagi kritik terhadap operasional bank syariah yang tidak hanya datang dari masyarakat awam saja. Bahkan ulama atau tokoh Islam sendiri sering mengemukakan opini yang semakin mendiskreditkan bank syariah.

Gara-gara produk murabahah (skema jual beli) menjadi primadona (skema untuk kepemilikan rumah dan kendaraan atau KPR-iB, KPM-iB) bank syariah dibilang nggak syariah… Apalagi… dalam penentuan harga (pricing) pada akhirnya kalau dihitung-hitung sama saja dengan ‘rate’nya bank konvensional, malah jatuhnya kok ya.. malah lebih mahal di bank syariah??? :p

Gara-gara bank syariah mewajibkan persyaratan adanya agunan (collateral) sebagai persyaratan pemberian pembiayaan dalam rangka governance dan risk management dibilang bank syariah mempersulit, tidak mendukung usaha kecil yang ingin mengembangkan usaha. Dasar hitung pembagian bagi hasil juga masih ‘Revenue Sharing’ dan sering melirik-lirik tingkat suku bunga BI Rate atau SBI Rate sebagai indikator penentuan ‘equivalent rate’

Seharusnya kan produk unggulan bank syariah mudharabah (skema bagi hasil)… Harusnya kan bisa lebih murah…jadinya laku… Seharusnya kan bisa lebih mudah…Seharusnya kan ‘Profit and Loss Sharing”…Seharusnya kan punya indeks syariah atau benchmark sendiri…Seharusnya….bla…bla..bla…
(cape deh…L)

Dan…issue-issue negatif terlanjur menjadi efek bola salju… Menggelinding…semakin besar… dan bisa menghancurkan…

Dan…apakah para ‘ulama tokoh’ yang mengkritik dan melempar issue negatif itu punya solusinya???… Apakah mereka menawarkan alternatif untuk masalah yang dihadapi bank syariah???

Anda pasti sudah bisa menebaknya kan….??

Komentator selalu merasa lebih pintar daripada yang main bola…

Kritikus selalu merasa lebih ahli daripada para praktisi…

Yaa nggak semua juga sih yang mengkritik asal-asalan…

Ada juga beberapa tokoh ulama kritis yang sudah paham operasional bank syariah yang mencoba meluruskan issue-issue negatif tersebut… Tetapi kebanyakan,…lebih banyak ulama/tokoh yang tidak mengerti operasional perbankan. Mengerti mengenai ‘fiqih ibadah’ tetapi tidak banyak yang mendalami ‘fiqih muamalah”….yaa jadinya jaka sembung naik ojek…nggak nyambung jek…he…he..

Kalau ditanya lebih jauh, apakah ulama itu sudah pernah menggunakan produk bank syariah, atau paling tidak punya rekening / menabung di bank syariah… Ternyataaaa.. banyak yang belum punya tuuh… ha..ha…hah… (Mbah Surip mode on)… Seorang teman bercerita saat melakukan sosialisasi ke sebuah pesantren di daerah Jawa Tengah, ternyata keuangan dan sistem pembayaran uang sekolah para santri dan termasuk kyainya masih menggunakan jasa sebuah bank konvensional yang jaringannya paling luas di Indonesia. Padahal mereka mengerti sekali mengenai Riba, tahu pasti tentang masalah halal dan haramnya. Ketika teman saya bertanya kenapa tidak menggunakan jasa bank syariah, sang kyai menjawab ..”Habis yang nawarin pertama sekali yang bank abc itu…”…nah lho…

Dan dampak dari opini dan kritikan para ulama dan tokoh Islam tersebut sangat parah…memprihatinkan….:p

Masyarakat awam terlanjur skeptis… terlanjur beranggapan bahwa bank syariah gak beda jauh dengan operasional bank konvensional, nggak ada bedanya antara bunga bank dan bagi hasil…. Bahkan banyak yang menjadi antipati terhadap bank syariah… Bahkan yang belum pernah menjadi nasabah bank syariah ikut-ikutan mencap bank syariah tidak syariah…

What’s wrong with me???
Kalau bank syariah bisa ngomong…dia pasti nanya.. apa yang salah padaku… Kenapa orang-orang di negeri yang katanya mayoritas beragama Islam ini… enggan mendukung keberadaannya.. enggan menjadi nasabahnya…malahan terlanjur punya mindset yang negatif terhadap bank syariah. Padahal lebih 80 % atau lebih dari 160 juta penduduk Indonesia beragama Islam yang seharusnya menjadi nasabah potensial bank syariah. Sejauh ini, 17 tahun sejak berdirinya Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia, baru 5,3 juta orang (rekening) yang menjadi nasabah bank syariah.

Kemana 154,7 juta orang Islam Indonesia yang lainnya??

Umumnya orang miskin mbak…katanya…

Berdasarkan hasil Survey BPS (Biro Pusat Statistik) bulan Maret 2009 Lebih dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Standar kemiskinannya sangat minim kurang lebih Rp 6.500/orang/hari. Kalau standar kemiskinannya antara Rp.7000.- s.d Rp 10.000,-…jumlah penduduk miskin itu dipastikan lebih meningkat lagi…

Boro-boro mau nabung di bank mbak…katanya… Makan sehari-hari aja susah… :P…

Perjuangan panjang masih harus dilakukan oleh para pengemban amanah untuk mengembangkan bank syariah… Merumuskan strategy-strategy baru yang bisa ‘meredam’ dan mengakomodir semua kepentingan stakeholder perbankan syariah, dengan tetap menjunjung tinggi profesionalitas tanpa harus meninggalkan “nilai-nilai kesyariahan-Islamic Value” yang ‘rahmatan lil ‘alamin’ yang seharusnya merupakan kelebihan utama bank syariah.

Ditengah badai issue-issue negatif yang mengombang-ambingkan…

Maju Terus iB-ku…

Maju Terus Perbankan Syariah-ku…

Lanjutkan…


Wassalam

Kamis, 03 September 2009

Bila Waktu Tlah Berakhir


Dedicated buat seorang sahabat yang baru saja ditinggal orang terkasih.







Bila Waktu Tlah Berakhir By Opick

bagaimana kau merasa bangga
akan dunia yg sementara
bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
meninggalkan dirimu

bagaimanakah bila saatnya
waktu terhenti tak kau sadari
masikah ada jalan bagimu untuk kembali
mengulangkan masa lalu

dunia dipenuhi dengan hiasan
semua dan segala yg ada akan
kembali padaNya

bila waktu tlah memenggil 
teman sejati hanyalah amal
bila waktu telah terhenti
teman sejati tingallah sepi

Selasa, 01 September 2009

Blue Ocean Strategy


Kenapa manusia suka berkompetisi...
Segala sesuatu diperebutkan...
Padahal begitu luasnya samudra biru yang diciptakan Allah..
JanjiNya "Dan tiada satupun makhluk melata (bergerak) di muka bumi melainkan semuanya dijamin Alloh Rezkinya” (QS.11 Hud : 6)

وَمَامِنْ دَآبًةٍ فىِ اْلاَرْضِ اِلاَّ عَلىَ اللهِ رِزْقُهَا “

Tak ada perjalanan yang mudah.
Tak ada persahabatan yang diisi dengan tawa semata.
Persahabatan membuat hidup lebih kaya.
Persahabatan membuat dunia lebih indah.

Buku Blue Ocean Strategy karya duo sahabat W. Chan Kim dan Renee Mauborgne yang merupakan hasil penelitian selama lebih dari lima belas tahun ini menawarkan gagasan-gagasa yang berisikan nilai-nilai persahabatan, kesetiaan dan rasa saling percaya satu sama lain. Strategi Samudra Biru menantang kita (perusahaan) untuk keluar dari samudra merah persaingan berdarah dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, sehingga kompetisi pun menjadi tak relevan.

Gagasan-gagasan dalam buku ini tidak ditujukan bagi orang-orang yang ambisi hidupnya hanya untuk bertahan hidup. Buku ini ditujukan buat orang-orang yang selalu ingin membuat perubahan, ingin menciptakan sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak, buat orang-orang yang ingin membangun masa depan yang lebih baik. Dalam perjalanan hidup kita yang berliku

Dalam buku ini Kim dan Mauborgne memperkenalkan seperangkat kerangka dan alat analisis cara menghadapi tantangan secara sistematis dan memaparkan prinsip-prinsip utama strategy samudra biru. Kim dan Mauborgne memberi penekanan pada upaya memahami cara membangun kepercayaan dan komitmen serta upaya memahami pentingnya pengakuan intelektual dan emosional sebagai inti dari strategi.

Buku ini sangat inspiratif untuk memulai usaha atau pengembangan usaha. Tidak perlu berniat menjadi pesaing bagi usaha yang sudah mapan. Tidak perlu berkompetisi di lahan yang sama. Bumi Allah masih terbentang luas, apalagi samudra biruNya masih belum banyak terjamah. New comer seringkali harus berjuang keras untuk bisa hidup di rimba persaingan bisnis yang kejam. Ide kreatif dan inovasi untuk menciptakan peluang baru merupakan kunci untuk bisa eksis tanpa harus berdarah-darah berkompetisi dengan si Giant yang sudah mapan.

Jakarta, 3 September 2009
.

Menghujam Jantungku



Lagi seneng dengerin Lagu Tompi ini, sambil menikmati macet dalam perjalanan pulang selama Ramadhan...

Segenap hatiku selalu memujamu
Seluruh jiwa ku persembahkan untukmu
Sepenuh cintaku merindukan dirimu
Seutuh gejolak membakar hatiku

*)
Seperti cahaya hadirmu di duniaku
Seperti ribuan bintang yang menghujam jantungku

Reff:
Kau membuatku merasakan indahnya jatuh cinta
Indahnya di cintai saat kau jadi milikku
Oh tak kan kulepaskan dirimu oh cintaku
Teruslah kau bersemi di dalam lubuk hatiku